Friday, November 2, 2018

VITAMIN SEA



Pantai Tanjung Aan, Lombok
Sejatinya bagi saya penikmat laut yang tinggal di Gunung (Bukittinggi) harus menghirup udara asin laut minimal sekali dalam setahun. Energi serasa direcharge selepas pulang dari pantai. Untuk mendapatkan ‘vitamin sea’ yang sempurna saya mempunyai kriteria tersendiri tentang pantai. Walaupun namanya sama-sama pantai namun kepuasan akan pantai yang dikunjungi sangatlah berbeda-beda sesuai kriteria pantai versi saya.

Pantai touch n go! Pantai jenis ini hanya berupa hamparan pasir, ombak besar, dan penjual makanan/minuman dengan pemandangan pas-pasan. Yang bisa dilakukan disini hanya duduk santai sambil menikmati kelapa muda dan cemilan yang dijual. Pantai Padang dan pantai lainnya di sepanjang pantai barat Sumbar yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia, Pantai Parangtritis Jogja, Pantai Losari Makassar merupakan contoh pantai touch n go yang pernah saya kunjungi.

Pantai Rakyat. Pantai yang dikunjungi oleh sejuta umat sebab  akses ke pantainya mudah dan bibir pantai yang panjang. Saya kurang suka dengan pantai jenis ini seperti Pantai Kuta Bali dan Pantai Phuket Thailand. So crowded.

Pantai so so day. Menikmati pantai jenis ini lumayan seru. Menginap di hotel yang berhadapan langsung dengan pantai yang biasa, (tidak ada aktifitas langsung dengan laut sebab memang tidak direkomendasikan atau lautnya tidak landai, hanya dipandangi doang). Yang  membuat jadi special itu ya feel free lenyeh-lenyeh di pantai yang hanya bisa diakses oleh tamu hotel.
Saya menikmati liburan seperti ini di Bay View Hotel Batu Feringghi, Swiss Garden Beach Resort Kuantan, The Ocean Residence Langkawi, dan di Club Med Cherating Beach. Semuanya di Malaysia.

Pantai a good day. Pantai jenis ini sangat bagus menurut saya, viewnya cantik untuk selfie, pantainya landai dengan pasir putih, air biru toska, dan ditambah lagi dengan kehidupan laut yang bisa dinikmati hanya dengan snorkeling. Biasanya pantai jenis ini ada pada pulau-pulai kecil tanpa penduduk. Jadi kita harus datang pagi dan sorenya harus balik. Sepanjang hari menikmati segala macam kegiatan di pantai dijamin tidak akan mati gaya.

Saya mengunjungi rangkaian Pulau Sikuai, Pulau Pagang, Pulau Pamutusan dan Pulau Pasumpahan, serta Pulai Cingkuak di Sumbar untuk menikmati vitamin sea jenis ini. Telentang memandangi langit-tengkurap memandangi keindahan terumbu karang dan salto di laut dijamin tidak akan tenggelam karena kedalaman air yang tidak seberapa. Puas rasanya menghabiskan hari di pantai jenis ini.

Pantai Pulau Payar di Langkawi sangat menarik bagi saya, memang tidak ada terumbu karang cantik, namun ribuan ikan dari berbagai spesies dengan beraninya mendekati saya. Malah saya yang takut dengan anak-anak ikan hiu yang menemani saya snorkeling.
Tapi saya paling kecewa dengan ‘pantai a good day’ nya Phiphi Island. Untuk trip ke Phiphi Island saya siapkan dua baju renang sebab saya pikir aktivitas selama liburan disana adalah laut dan laut. Untuk mengelilingi pulau-pulau saya ambil one day trip untuk beberapa spot snorkeling dan menikmati sunset. Long tail boat pertama berhenti di Monkey Bay. Cuma berhenti 20 menit untuk bercengkrama dengan monyet-monyet dan foto bareng, aduh!. Spot selanjutnya melihat Viking Cave dan snorkeling di salah satu pulau. Cuma banyak ikan badut, dan yang bikin hati agak ciut juga banyak Landak laut. Dan puncak ke-Be-Te-an itu saat diajak ke Maya Bay. Imaginasinya bisa puas selfie dan jungkir balik di laut dengan berbagai pose sebab lihat foto-foto di internet tentang Maya Bay keren semua. Tapi kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan saudara-saudara. Sampai di Maya Bay, Long tail boat yang parkir buanyak banget dan pengunjung juga bejibun. Diluar ekspektasi saya.

Pantai a good day yang paling saya suka selain yang di pantai barat Sumbar adalah Tanjung Aan Beach di Lombok. Viewnya subhanallah cantik sekali dan nilai plusnya adalah pengunjung yang bisa dikatakan hitungan jari. Saya suka pantai yang sepi, bisa puas berenang menghitamkan kulit yang sudah coklat.

Paradise in island. Kasta pantai jenis ini sedikit lebih tinggi dari Pantai a good day. Semua kriteria ‘pantai a good day’ masuk didalamnya plus disini dilengkapi dengan penginapan. Pulaunya tidak terlalu ramai, buka jendela kamar langsung pemandangan lepas ke laut yang mempesona dan saya rasa untuk mandi pagipun langsung saja nyebur ke laut ditemani ikan dan terumbu karang yang beraneka bentuk dan warna.

Gili Meno di Lombok menawarkan ‘Pantai Paradise in island’ bagi saya. Pulaunya tidak ramai dan tidak ada kendaraan bermotor, pantainya berpasir putih atau pink, airnya biru toska bening dan juga dilengkapi spot-spot snorkeling. Hanya keragaman terumbu karang dan ikannya kurang bervariasi. Malam hari  live music di café-café tepi pantai menyemarakkan suasana liburan. Pulau Salang-Tioman di Pahang Malaysia melengkapi sedikit kekurangan Gili Meno Lombok. Disini biota lautnya sangat beragam. Liburan ala pantai menjadi paket yang sempurna.

Tuesday, May 1, 2018

unplan plane

Pesawat Xpress Air (PKU-Melaka)
Saya setuju dengan pendapat bahwa seorang kaki jalan adalah orang dengan karakter yang lebih tangguh dalam menghadapi permasalahan. Bahkan mereka harus mampu melihat apapun kejadian dari dua sisi dan keep positive thinking. Sederhananya begini, sudah apes pun masih harus bisa bilang "untung masih..."
Catat! kaki jalan yang saya maksud bukan pelancong dengan tour guide ya.

Perjalanan yang menurut saya paling apes sejauh ini adalah traveling ke Bangkok tahun lalu. Niatnya sih liburan seminggu disana sambil merayakan hari lahir, tapi realitanya baru saja mendaratkan kaki di airport Don Mueang harus segera me-rescadule jadwal balik untuk lusanya, kerna urusan kerja teman jalan saya yang tidak bisa di-cancel. (yaelah..capek perjalanan hari ini yang mesti bangun jam 3 buta belum terobati, sekarang sudah harus beli tiket pulang).
Harga perubahan tiket sama persis dengan harga beli baru, aduh! Akhirnya tiket pulang dibiarkan begitu saja, dan dengan terpaksa membeli tiket baru. Dengan pertimbangan sana-sini akhirnya beli tiket full service MAS, pilihan penerbangan paling pagi.

Subuh sudah sampai di Suvarnabhumi Airport dengan mata masih mengantuk dan 'bad day' pun bermula. Penerbangan pertama MAS tujuan Jakarta delay lebih sejam. Alhasil saya ketinggalan penerbangan selanjutnya. Sampai di imigrasi Jakarta bad day masih berlanjut. Saya kena random check dan harus naked di depan petugas imigrasi (eits...didalam ruangan tertutup ya dan cuma saya dan petugas cewek yang memeriksa saya). Anti klimaks mereka tidak menemukan apa-apa pada saya.

Keluar dari imigrasi saya berlarian ke counter Lion Air untuk mencari tiket terakhir ke Balikpapan. Sebelumya saya check disemua aplikasi jual tiket online semua full booked. Siapa tau di counter masih ada. Kata petugasnya masih ada, "ok pak langsung booking atas nama saya". Pas dia masukkan data, yah...! "Habis mba". Balik lagi ke aplikasi tiket online, u-n-t-u-n-g  m-a-s-i-h  ada Garuda penerbangan terakhir. Langsung saya booked dan segera berlarian ke terminal 3 sebab waktu sudah mepet. phew!!!

Jam 2 pagi saya sampai di salah satu lokasi HTI di Kalimantan Timur, setelah hampir tiga jam dalam mobil yang melewati Hutan Eucalyptus dan jalanan pasir sertu. Besok paginya langsung ke kantor mereka untuk sign kontrak. Alhamdulillah happy ending juga :)

Lain lagi dengan perjalanan ke Melaka end of year tahun lalu. Niatnya sih mau jalur laut saja dari Dumai ke Melaka. Tapi dipikir-pikir lagi, rasanya capek banget dari Pekanbaru ke Dumai perjalanan malam dan pagi langsung ke Melaka. Apalagi saat itu kondisi kesehatan saya kurang fit. Dan memang salah satu tujuan ke Melaka adalah untuk berobat. Dalam keadaan galau, saya putuskan untuk naik pesawat dari Pekanbaru ke Melaka. Kerna booking last minute dan akhir tahun jadilah harga tiket melonjak 200%. 

Never mind, tiket sudah dibeli. Besok paginya saya berangkat ke Sultan Syarif Kasim II. Waktu check in, saya hanya membawa satu luggage ukuran kabin. Tapi petugas bilang, "mba..kopernya harus masuk bagasi ya". "Inikan ukuran kabin mba"."Iya, tapi pesawat kita kecil mba, itu harus masuk bagasi". Sayapun ikut maunya petugas counter itu sambil berpikir emangnya sekecil apa sih pesawatnya?.

What?? pesawat baling-baling bambu??!! Dengan kapasitas penumpang 30 orang, dan hanya ada seorang pramugari. Saya sedikit khawatir jadinya. 

Saat pergantian tahun, seharusnya saya ikut merayakannya di tepi sungai Kota Melaka. Tapi malam ini saya harus mengejar bus dari Melaka ke KLIA 2 untuk penerbangan paling pagi dari KL ke Padang. Walaupun jarak Melaka ke KLIA 2 paling lama hanya 2 jam perjalanan tapi masalahnya adalah bus terahir dari Melaka ke KLIA 2 berangkat jam 12 am. 

Dari pukul 10.30 pm saya sudah pesan Grab Car. Tunggu punya tunggu mobil tidak sampai-sampai di hotel. Alamak!, jalanan sudah macet kerna semua orang keluar merayakan pergantian tahun. Pukul 11 pm hujan mulai turun dan driver Grab Car meng-cancel pesanan sebab terjebak macet. Saya pesan Grab Car yang lain dan memohon kedrivernya untuk tetap berusaha menjemput. N-a-s-i-b  b-a-i-k drivernya mau. 

Muka tegang-jantung berdetak kencang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.50 pm. Nah..akhirnya driver sampai. Saat ditanya apakah bisa ontime sampai di bus station, "i try my best" jawabnya. jam 12 teng kami masih di jalan menuju bus station. "Happy new year" ucap saya ke Hari dan ke driver yang masih anak kuliahan itu. "Happy new year to u too" keduanya me-replay saya :)

Sampai di bus station bus sudah siap-siap mau berangkat. Alhamdulillah tidak ketinggalan bus :) Jadilah malam panjang itu sepanjang perjalanan Melaka ke KL.

Satu hal yang paling saya syukuri adalah punya teman jalan yang baik. Seburuk apapun keadaan dalam beberapa trip kami, tidak sekalipun itu menjadikan pertengkaran atau saling menyalahkan.