Sepatu kerja pemberian si boss |
Boss pertama saya adalah dosen
saya sendiri. Saat itu saya sebagai pengelola laboratorium dan memikirkan
bagaimana untuk menghasilkan rupiah dari unit-unit komputer yang ada, sementara
si Pak dosen berperan sebagai pengawas yang saya panggil
Pak Manager. Hubungan kerja yang sangat akrab dan menyenangkan, kerna kami
adalah orang-orang ‘pecandu’ IT yang nyasar ke fakultas pertanian.
Bahkan selang berapa tahun
kemudian setelah saya benar-benar bekerja di dunia kerja nyata, dan merasa buntu
dengan kerja saya, sang dosen dengan tangan terbuka mengajak saya kembali
bergabung di Lab. Tapi lambat laun saya pikir hidup itu harus maju, jangan
kembali ke belakang, maka saya siap kembali ke dunia kerja dan memegang ‘wangsit’
pak dosen, ”nov, yang namanya kerja tidak
ada yang enak, dan kerna itu kita digaji untuk melakukan pekerjaan.” (HAPPY ENDING)
Akhir tahun 2006 adalah pertemuan
saya yang tergokil dengan si boss yang satu ini. Sebut saja namanya bobby. Si boss
yang suka ‘keluyuran di internet’ nyasar ke blog saya dan tertarik dengan
artikel tugas akhir saya tentang perkebunan kelapa. Lalu dia meninggalkan pesan
di chat box dan meminta saya untuk mengirimkan email ke dia. Sejauh itu saya
tidak kenal siapa dia, saya hanya sekadar ingin berbagi ilmu dengan pengunjung
blog saya, itu yang terlintas dipikiran.
Send email-reply-email-chat gokil
di Yahoo Messenger sebab saya tidak peduli siapa kawan chat saya. Ngawur ngidul
eh, akhirnya baru dia omongin tujuan
dia.
Ternyata dia sedang mencari
karyawan yang ber-background
pertanian dan tidak gaptek (celik IT). Hanya bermodalkan wawancara melalui
Yahoo Messenger dan mengirimkan dokumen lewat email, saya langsung diterima
kerja dan langsung nego gaji. Lumayan..eh, 2 kali lumayan secara saya fresh graduated saat itu.
Hari minggunya saya memberanikan
diri menjumpai si boss di Palm Oil Miller
di tengah hutan sawit hanya bermodalkan 3
clue. Si boss bernama Bobby, assistentnya Hera dan nama perusahaannya PT.
Bina Sawit Bla Bla.Terperanjat katak lah saya saat
bertemu muka dengannya. Tertanya disitu rekan kerjanya bule dan orang-orang
mata sipit termasuklah si boss ini. Tidak menyangka saya akan dijadikan bagian
dari tim ini. Sedikit merasa rendah diri sebab saya tidak punya pengalaman
kerja apa-apa. Untungnya si boss baik sekali.
Kenangan yang paling menyenangkan
adalah waktu diajak shopping membeli perlengkapan kerja saya. Boss, saya, dan
rekannya si bule Anthony. Dia selalu bertanya dengan antusias pada saya, “feel exciting with the project nova?” “yeah
of course :)” Belakangan baru saya
faham kenapa Anthony selalu bertanya hal yang sama pada saya.(HAPPY ENDING).
Pindah dari boss Bobby saya
dipertemukan dengan boss Onggo. Tidak bertahan lama, tapi secara umum dia
sangat baik dan perfect. Nah..sangking
perfect nya dia ini saya tidak tahan
bekerja dengan dia. Hari libur dia mengajak saya mengunjungi rekan-rekan
bisnisnya di hutan sawit kemudian pergi ke Pekanbaru untuk shopping. Semua rekan
kerja saya masih sama, laki-laki dan bermata sipit.
Sangking pedulinya dia dengan
saya, ketika dia terbaring sakit di Jakarta pun, eh masih sempat-sempatnya dia menanyakan
apakah saya sudah makan atau belum via telpon. Jangan jajan di luar, kerna
kotor. Kalau lapar suruh Bi Imah masakkan, jangan suka tidur larut malam kerna
keasyikan online.
Jangan berpikiran negative dulu,
tidak ada hubungan lain selain antara atasan dan bawahan. Awal kerja saya sudah
diingatkan istrinya, “kamu tahan kerja dengan bapak? Bapak orangnya sangat
detail tapi sebenarnya tujuannya baik”. Waktu itu saya hanya mengangguk iya.
Tapi lama-lama saya gerah juga. Bangun
pagi terlambat salah, tidur larut kena sound.
Bikin laporan dan table excel tidak rapi diprotes, gulungan colokan laptop tidak
benar diprotes, meng-clip laporan dengan anak hekter double juga jadi masalah. Dia
SMS dan tidak segera dijawab trus pakai alasan pulsa habis, eh langsung
diisikan pulsa. Aduh, betul-betul saya tidak tahan.
Cabut dari Onggo saya pindah ke
Pekanbaru dengan suasana kerja baru, dan boss baru. Kali ini boss nya wanita
bernama Sukiani. Dari namanya saya pikir orang jawa dan pasti keibuan. Dan setelah
bertemu saat wawancara kerja, barulah saya tahu siapa Sukiani. (to be continue.....)
No comments:
Post a Comment