Ampiang dadiah |
Tapi kalau saya bicara tentang enaknya Emping Dadih (bahasa Minang: Ampiang Dadiah) seberapa banyak diantara kita yang mengenal makanan ini?
Kata Dadih sudah didefinisikan 'Oppa Wiki' .
Dadih (bahasa Minangkabau: dadiah) adalah yogurt tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari susu kerbau (Bubalus bubalis). Dari segi bahasa, kata "dadiah" memiliki kemiripan dengan dudh, bahasa dari etnis Sindhi (India dan Pakistan).
Dadih (bahasa Minangkabau: dadiah) adalah yogurt tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari susu kerbau (Bubalus bubalis). Dari segi bahasa, kata "dadiah" memiliki kemiripan dengan dudh, bahasa dari etnis Sindhi (India dan Pakistan).
Sedangkan empingnya dibuat dari beras ketan yang disangrai kemudian ditumbuk saat masih panas sehingga menjadi pipih.
Sebelum emping di sawah dan dadih di susu kerbau bersatu di mangkok, saya berkesempatan ikut secara langsung melihat proses pembuatan dadiah.
Dua hari sebelumnya saya sudah janjian dengan Si bapak yang akan memperlihatkan pada saya proses membuat dadiah. Minggu pagi dalam dinginnya udara Bukittinggi, saya sudah siap menuju sawah tempat kerbau yang akan diambil susunya untuk dijadikan dadiah. Guna merangsang air susu induk kerbau, disusukanlah anaknya sebentar. Ketika si anak enak-enaknya menyusu, dia dijauhkan dari induknya, kata Si bapak, anak kerbaunya disusukan lagi nanti siang sepuas yang dia mau. Kemudian bapak itu bersiap dan mulai memerah.
Proses pemerahan susu kerbau |
Dadiah dalam tabung bambu |
Bagaimana cara menikmati dadiah?
Siangnya saya jalan-jalan cari makan di Pasa Ateh (Pasar Atas Bukittinggi) mencari Ampiang Dadiah yang menjadi makanan khas urang awak (Orang Minang) itu.
Hanya ada beberapa tempat makan yang menjual, seperti Rumah Makan Simpang Raya yang tepat berdepanan dengan Jam Gadang, kemudian tempat makan Haji Minah dekat Jenjang 40, tapi saya memilih untuk mencicipi Ampiang Dadiah yang ada di tengah Pasar Atas, sekalian memesan Sate Padang untuk menu makan siang.
Emping bertabur parutan kelapa,
Dadiah,
Parutan es,
Parutan es,
kemudian diatasnya disiram dengan karamel gula merah.
Masih merasa kurang puas makan dadiah, sayapun membeli
2 tabung lagi. Ketika saya bercerita dengan Nenek yang menjual dadiah,
beliau menyarankan saya cara lain menikmati dadiah ala urang saisuak (orang tua zaman dulu).
Siapkan dadiah, beri irisan bawang merah, cabe merah dan daun sirih kemudian tambahkan sejumput garam. Dadiah siap dimakan dengan nasi.
"Lebih enak lagi kalau ada samba lado, terung rebus dan ikan asin, makan dengan dadiah", kata nenek penjual dadiah. Sayapun mengikuti petunjuk beliau. Ternyata rasanya sungguh menggoda selera.
Pemburu kuliner nusantara saya sarankan bersegeralah mengajukan cuti tahunan sebelum terlambat. Ambil travel bag dan packing seperlunya untuk liburan mengendurkan syaraf otak, menegangkan syaraf perut :)
Booking tiket pesawat di website airpaz.com, untuk membandingkan harga dari berbagai maskapai penerbangan yang akan mendaratkan kamu di Bandara Internasional Minangkabau seperti Garuda Indonesia, Air Asia, Lion Air, Citilink, Sriwijaya Air dan lainnya. Kemudian langsung saja menuju Kota Bukittinggi, The Dreamland of Sumatera yang berjarak sekitar 74 Km dari bandara. Selamat liburan, selamat makan-makan, selamat menimbun lemak! *_^
Booking tiket pesawat di website airpaz.com, untuk membandingkan harga dari berbagai maskapai penerbangan yang akan mendaratkan kamu di Bandara Internasional Minangkabau seperti Garuda Indonesia, Air Asia, Lion Air, Citilink, Sriwijaya Air dan lainnya. Kemudian langsung saja menuju Kota Bukittinggi, The Dreamland of Sumatera yang berjarak sekitar 74 Km dari bandara. Selamat liburan, selamat makan-makan, selamat menimbun lemak! *_^
keceh badai... makanan yg uenaaakkk n rugi kalo ga di coba
ReplyDeletekeceh badai... makanan yg uenaaakkk n rugi kalo ga di coba
ReplyDeletewajib hukumnya untuk orang Minang mencoba dadiah :D
DeleteTulisan menarik, terimakasih atas partisipasinya dalam lomba blog Airpaz,
ReplyDeleteSemoga menang dapat tiket pesawat gratis dari Airpaz yah :)
Amin...:)
ReplyDelete